Rabu, 17 Juni 2015

Jangan menunggu



“ Ternyata nggak banyak orang yang bisa menunggu ya?”

Di sore hari, di sebuah cafe kecil gue bersama teman gue menghabiskan waktu menunggu matahari terbenam.

Seperti hal nya yang gue lihat di cafe itu ada yang berpasangan, ada yang berkelompok dan ada yang berdua, sejenis, tapi bukan pasangan.

Dwi ini adalah salah satu jomblowati baru, baru putus sama pacar nya gara-gara pacar nya mau bikin club sepak bola wanita. Ngerti kan? *Lupain*


 “ Lo masih inget nggak sama cowok yang pernah gue ceritain itu lho? Yang kemarin pergi sama gue.

“ Iya, gebetan baru lo itu kan? Kenapa?” Tanya gue yang udah mulai serius mau denger cerita nya.

“ Ternyata cuma seminggu, iya seminggu.”

Gue masih nggak ngerti sama ucapan nya, kalo gue banyak tanya nanti disangka kayak pembantu baru. Gue pun diam, Cuma memperhatikan sambil menyeruput minuman dan menunggu dwi melanjutkan cerita nya.

“ Awal kenal sama dia, sebener nya gue nggak pernah respect sama sekali. Gue yang saat itu masih kebayang-bayang sama mantan gue dan sama sekali nggak punya fikiran buat cari yang baru. Masih kecewa, dan masih takut buat mulai cerita yang baru. Sejak dia ngajak gue pergi ke acara keluarga nya, dari mulai situ lah perasaan gue berubah, hati gue berasa di curi dan di bawa ketempat yang paling indah, tapi sekarang di balikin lagi ketempat semula, huft. “

“ Secepat itu ? Kok bisa ? “ Gue semakin penasaran.

“ Iya, mungkin dia bukan salah satu orang yang bantu gue supaya gue bisa tegar ya. Tapi sejak gue deket sama dia banyak hal yang nggak gue temuin dari mantan gue itu dan bisa gue temuin dari dia. Dalam waktu 3 jam pertemuan dia bisa membuat gue lupa sama mantan gue, dia berhasil bikin gue nggak mengharapkan bbm dari mantan gue itu, pokoknya dia berhasil bikin gue lupa dan berhasil bikin gue senyum-senyum terus dan nggak bisa tidur karena bahagia nya mengingat waktu itu. “

“ Bagus dong kalau gitu, trus kenapa cuma seminggu ?”

“ Hingga malam itu tiba, dipertemuan ke dua itu memecah semua nya. “

Gue masih diam, menunggu dwi melanjutkan cerita nya.

“ Dalam waktu seminggu itu gue saling komunikasi, saling memberikan kode ini itu yang menunjukkan kalo kita sama-sama suka. Gue pun nggak bisa bohongin perasaan gue kalau sebenernya gue nyaman. Akhir nya dia mengungkapkan perasaannya, Jujur aja gue seneng sebener nya tapi gue masih takut, takut kecewa dan galau lagi dan gue akan jawab setelah dia mengungkapkan nya secara langsung. Saat itu lah kesalahpahaman terjadi. Gue coba nantangin dia buat ngomong secara langsung tentang perasaan nya, dia pun menyanggupi dan akan membuktikannya di pertemuan kedua. “

Panjang lebar bercerita, dwi pun berhenti sejenak. Menghela nafas panjang dengan tatapan mata nya yang kosong.

“ Tapi ternyata di pertemuan kedua itu dia nggak membuktikan janji nya, entah dia lupa atau gimana intinya pertemuan kemarin itu merubah segala nya. Komunikasi berkurang dan akhir nya gue sama dia mulai mempertanyakan status. Gue jujur, kalau gue belum siap buat pacaran lagi, seminggu pun gue rasa cuma sebentar buat masa pendekatan.  Tapi kayak nya dia salah paham, dalam waktu seminggu itu dia menyangka kalau kita pacaran jadi jawaban gue yang belum siap pacaran itu di anggap bahwa gue mutusin dia, rumit deh. “

“ Trus, sekarang dia gimana ? “

“ Masih komunikasi, tapi dia berbeda. Mulai cuek, seperti nya kecewa karena gue udah banyak memberi harapan ternyata hasil nya nol, dan gue merasa bersalah. Gue merasa kehilangan sosok dia sekarang. Nggak ada lagi yang bikin gue nggak bisa tidur karena seneng, nggak ada lagi yang ngebangunin gue dengan Bom Chat nya dia, pokok nya beda. “

Kita memang harus memilih dengan siapa kita akan bersama nanti, namun nggak banyak orang yang bisa lama-lama menanti.

Yeeeeyyy bukan cerita serius kok, ini cerita Cuma terinspirasi dari lagu nya vierratale “ Cinta Butuh Waktu “ Hahaha...

Jangan menunggu bila tak bisa nunggu.

Cukup sekian dan terimakasih.

1 komentar: